Menyibak Keajaiban di Balik Wudhu
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA–Wudhu adalah salah satu syariat Islam. Allah SWT memerin tahkan umat Islam untuk membersihkan diri atau berwudhu, sebelum mendirikan shalat lima waktu. (QS Al-Ma’idah [5]: 6).
Sebab, wudhu merupakan salah satu syarat diterimanya ibadah shalat oleh Allah. “Allah tidak akan menerima shalat seseorang di antara kamu, hingga dia berwudhu .” (HR Bukhari No 135, dan Muslim No 224-225).
Secara umum, tujuan berwudhu adalah untuk membersihkan diri dari hadats dan najis yang menempel di badan. Seperti kencing, kotoran manusia, air liur anjing, babi, wadzi, madzi, dan lainnya. Di balik tujuan tersebut, terkandung makna yang sangat dalam. Wudhu bukan hanya sekadar untuk kebersihan, tapi juga menyehatkan, baik fisik maupun psikis (kejiwaan), baik kesehatan jasmani maupun rohani.
Dunia ilmu kedokteran telah membuktikan khasiat wudhu. Di balik ibadah yang sederhana, murah, dan mudah, bahkan terkadang dianggap sepele, ternyata terkandung hikmah yang sangat luar biasa. Wudhu menyimpan berbagai kemukjizatan yang mengagumkan. Bahkan, berapa banyak orang yang masuk Islam, karena Islam mengajarkan kebersihan dari ibadah yang bernama wudhu.
Tak salah bila Allah mewajibkan syariat wudhu ini sejak 14 abad silam kepada umat Islam. Di dalamnya terkandung hikmah dan manfaat yang sangat besar. Bahkan, bila seseorang melaksanakan dan mengerjakan wudhu dengan baik dan benar, niscaya tubuhnya akan senantiasa sehat dan terhindar dari berbagai serangan penyakit. Baik penyakit kulit, asma, kanker, pilek, sinusitis, migren, kudis, kurap, dan lain sebagainya.
Dunia ilmu kesehatan mengenal berbagai macam metode dan pencegahan penyakit. Bahkan, ribuan tahun silam, ilmu kesehatan Tiongkok mengenal istilah akupunktur, yaitu suatu metode kesehatan dengan cara tusuk jarum. Ada ribuan titik yang harus ditusuk dengan jari, jika ingin mendapatkan kesehatan yang prima. Dan tidak mudah mempelajari titik-titik itu, karena jumlahnya mencapai 4.000-5.000 titik.
Setelah akupunktur, muncul kemudian pengobatan refleksiologi, yaitu menekan titiktitik syaraf tubuh yang terletak pada kaki dan tangan. Jumlah titik refleksi di kaki dan tangan ini mencapai ratusan lebih.
Pada 1997, metode refleksi dan akunpunktur dianggap sebuah metode yang sangat rumit, karena banyaknya titik yang harus dipahami dan dihapalkan. Maka, seorang dokter yang bernama Gary Craig, asal Inggris, melakukan modifikasi teknik akupunktur yang jumlahnya mencapai ribuan itu menjadi 18 titik. Ia menyebut teori modifikasi akupunktur ala Gary Craig ini dengan nama Emotional Freedom Technique (EFT). Teknik yang digunakan untuk pengobatan adalah dengan cara mengetok (tapping).
Kemudian pada tahun 2000-an, EFT ini dikembangkan lagi oleh Ahmad Faiz Zainuddin, alumnus Universitas Airlangga (Unair) Surabaya dengan nama Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT). Teknik yang digunakan juga dengan cara mengetok (tapping). Dan jumlah titik yang diketok itu hanya ada 14. Dinamakan SEFT karena ia menggabungkan unsur doa dan kalimat thayyibah dalam tekniknya ini.
Perintah membersihkan diri atau berwudhu, sebenarnya juga diajarkan dalam agama lainnya. Kaum Yahudi juga melaksanakan wudhu (atau yang serupa dengan wudhu) dan membersihkan diri sebelum beribadah kepada Allah. Demikian pula dalam ajaran Kristen dan Katolik. Hal ini tertulis dengan jelas dalam kitab Keluaran, Kejadian, Ulangan, dan lainnya. Bahkan, dalam ajaran kaum Sabian (Shabiin), yaitu pengikut Nabi Yahya AS, mereka juga melaksanakan wudhu sebelum shalat. Shalat kaum Sabian ini adalah menghadap ke kutub utara.
Karena itu, wudhu yang seringkali dianggap sepele, sebenarnya merupakan syariat yang harus dan wajib dikerjakan. Sayangnya, banyak orang yang tidak mengerjakannya secara baik dan benar. Padahal, dalam sejumlah hadis, Rasul SAW memerintahkan umat Islam agar menyempurnakan wudhunya. “Sempurnakanlah wudhumu, karena sesungguhnya Aku (Rasul–Red) akan mengenali kalian di hari kiamat nanti dari bekas wudhunya.”(ROL)
Red: irf
Rep: syahrudin el fikri